Cerita provokatif ini berpusat pada kenangan kuat pengarang pada sebuah adegan masa remaja di mana seekor kucing hitam terprovokasi untuk menonjok “tikus”—jakun menonjol—Mahlke, temannya. Kejadian ini mengawali rangkaian liar peristiwa-peristiwa yang sangat bergaya Grass, yang akhirnya bermuara pada Mahlke yang menjadi pahlawan nasional. Berkat kepiawaian bertutur Grass yang luar biasa, Kucing dan Tikus menjadi sangat menghibur, kuat, dan penuh episode-episode jenaka, tentang kelangsungan kualitas individu manusia di zaman perang dan politik yang dikendalikan negara ini.
—The New York Times Book Review